Rabu, 07 Maret 2012

DEFINISI HARDSKILL



        Pada pembahasan sebelumnya saya telah menjelaskan “Apa itu SoftSkill ?. Dalam kehidupan yang kita jalani ini kita perlu yang namanya kemampuan. Karena kemampuan dapat membuat kita  lebih dari percaya diri lagi dalam menjalani hidup kita. Dengan kemampuan justru akan membuat kehidupan kita jauh lebih berharga dan bermanfaat lagi. Kemampuan bisa dikategorikan ada dua jenis softskill dan hardskill :
           Pada kesempatan ini Saya akan membahas tentang definisi hardskill.
hardskill adalah suatu kemampuan seseorang dalam ilmu pengetahuan / akademik yang kita dipelajari di sekolah dasar samapai kita mejadi sarjana. Mungkin dengan adanya hardskill kita lebih dapat mengetahui adanya wawasan-wawasan yang ada untuk ilmu pengetahuan kita.
         Hard skills juga berhubungan dengan kompetensi inti untuk setiap bidang keilmuan lulusan.
          Sebagai contoh, seseorang lulusan teknik informatika tentunya harus menguasai hard skill di bidang rekayasa perangkat lunak, web programming, dll yang tergolong hard skills di teknik informatika. Demikian juga seorang lulusan Akuntansi, misalnya harus menguasai analisis laporan keuangan, penyusunan anggaran, dll. Pada program retooling ternyata masih ada materi pelatihan ke arah hard skills tersebut. Hmmm jadi semacam pengulangan kuliah atau refreshing saja dong :). Pihak yang berwenang pun berkilah bahwa tidak semua perguruan tinggi berhasil mengajarkan hard skills tersebut, malah katanya hanya sekedar mata kuliah yang tercantum di Transkrip.
.Contoh hard skill meliputi:

     fasilitas dengan spreadsheet
     mengetik
     kemampuan dengan aplikasi perangkat lunak
     mengoperasikan mesin
     pengembangan perangkat lunak
     berbicara dengan bahasa asing
     hitungan

Apakah Soft Skill itu ?

Apabila anda cukup pandai, adalah mudah untuk mempelajari kemampuan tehnis (technical skills)
untuk berhasil dalam pekerjaan. Tetapi bila anda berkeinginan untuk memanjat anak tangga karier
perusahaan, anda membutuhkan kemampuan lain, yakni SOFT SKILLS. Sayangnya sering kita melihat
orang di promosikan pada posisi leadership tanpa memiliki kemampuan soft skills untuk dapat
berhasil.
Marilah kita membahas konsep SOFT SKILLS. Kita akan membahas definisi dari istilah tersebut dan
mencoba menemukan beberapa contoh.Kita juga akan membahas perbedaan SOFT SKILLS dan HARD
SKILLS.
Soft Skills ditempat kerja
Kepiawaian tehnis selalu di hargai dan dinilai tinggi. Meningkatnya kita dalam anak tangga karier
berarti lebih daripada pengakuan sebagai Subject Matter Expert, atau SME. Yang membedakan
antara seorang Manajer dan seorang business leaders adalah penguasaan atas Soft skills. Apabila
hard skills dapat dipelajari dan disempurnakan dengan berjalannya waktu, soft skills lebih sulit untuk
dikuasai dan diubah.
Definisi Soft Skills
Dalam English Dictionary, Soft-skill diberikan definisi sebagai berikut:
Soft skills are interpersonal skills such as the ability to communicate well with other people and to
work in a team. n-plural (Antonym: hard skills)
Soft skills sebenarnya merupakan kumpulan kemampuan bisnis yang dapat dimasukkan dalam salah
satu dari 3 kategori sbb.:
· Interaksi dengan bawahan
· Professionalisme dan / atau Etika Kerja
· Berpikir Kritis atau ber-orientasi pada Problem Solving
Setiap kategori diatas dapat diterapkan hamper pada semua posisi dalam perusahaan apapun juga.
Karena itulah banyak institusi pendidikan manajemen, seperti Harvard Business School, Whartons,
dll mulai menganjurkan pesertanya kesempatan untuk mengembangkan soft skills sebagai bagian
dari kurikulum nya.
Dalam penterapan, ketiga kategori diatas dapat dikembangkan kembali dalam berbagai sub-kategori,
sebagai berikut:
Interaksi dengan Bawahan
Termasuk dalam kategori ini adalah ber-interaksi secara efektif dengan bawahan dan pelanggan.
Contoh dari kategori soft skills ini adalah:
· Networking - dalam arti membangun hubungan yang kuat atau persekutuan dengan yang
lain. Networking sangat penting untuk membangun hubungan dalam organisasi – jika kita
tidak mengetahui akan sesuatu , sangat penting untuk mengetahui siapa yang dapat
membantu.
· Komunikasi – berbagi informasi secara efektif dengan yang lain –termasuk secara verbal,
tulisan dan bahkan komunikasi non-verbal lainnya.
· Teamwork / Kolaborasi –kemampuan untuk bekerja dengan berhasil dalam suatu
kelompok, termasuk menerima peran sebagai pemain dalam – yakni seseorang yang dapat
meletakkan sasaran kelompok diatas sasaran pribadi.
· Menunjukkan Empati – kemampuan untuk berbagi perasaan dengan yang, termasuk
mengerti perasaan orang lain.
Profesionalisme dan / atau Etika Bekerja
Kategori kedua dari soft skills terpusat pada bagaimana seseorang bersikap dalam
pekerjaan. Contoh dari kategori ini termasuk:
· Profesionalisme – termasuk berpakaian secara baik ketempat kerja, tidak pernah terlambat,
berbicara secara santun kepada bawahan, pelanggan dan teman2 sekerja.
· Integritas – bersikap terus terang dan jujur, kemampuan ini sejalan dengan nilai2
Perusahaan dimana ia bekerja.
· Rasa penuh Keyakinan (Optimisme) – kemampuan untuk meng-antisipasi menghadapi
kemungkinan terburuk dan memberikan umpan balik positif bagi mereka yang sedang
menghadapi persoalan.
· Enthusiasme / Motivasi – kemampuan untuk tetap tekun dan mendukung, suatu pemikiran,
sasaran perusahaan ataupun tugas2. Untuk tetap commited dalam mencapai tujuan
bersama.
Pikiran kritis atau Problem Solving
Kategori terakhir dari soft skills berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk berpikir kritis
dan mengatasi persoalan ditempat kerja. Kemampuan membaca dan mempergunakan data untuk
mengatasi persoalan ditempat kerja merupakan bakat (talenta) yang sangat dinilai tinggi dalam
setiap tatanan bisnis.
Salah satu kunci untuk dapat menjadi Problem Solver yang efektif adalah kemampuan
mengembangkan suatu solusi bagi persoalan dalam tenggang waktu yang relative pendek. Juga
penting untuk mampu memberikan penjelasan bagaimana solusi yang dikemukakan akan dapat
menyelesaikan persoalan secara logis dan sistimatis.
Soft Skills versus Hard Skills
Mungkin cara paling sederhana untuk membedakan antara soft skills dan hard skills dapat
digambarkan dengan cara sebagai berikut:
· Hard skills adalah yang mudah untuk dilihat dan di-kualifikasikan melalui test2 ilmiah. Juga
akan lebih mudah mengajarkan seseorang hard skills secara formal dalam ruang pendidikan
atau mempergunakan situasi pelatihan on-the-job. Hard skills termasuk kemampuan seperti
menjalankan mesin, mengerjakan spreadsheets, berbicara bahasa asing, atau mempergunakan personal computer.
· Soft skills sering pula disebut sebagai kemampuan mengelola manusia. Jadi berbeda dengan
hard skills, Soft skills tidak mudah untuk di kualifikasi-kan, sehingga sering digolongkan
sebagai intangible. Karena itu tidak jarang kita melihat seorang bawahan lebih memiliki soft
skill yang kuat – karena merupakan kemampuan alamiah mereka untuk berbaurrr dan
membangun kerjasama yang efektif dengan rekan kerjanya, ketimbang atasan nya.
Karena itu wajar bila perusahaan akan lebih menghargai seorang karyawan dengan kemampuan soft
skills yang tinggi, disamping penguasaan tehnis yang dicari. Karyawan akan meningkat keatas jenjang
karier atau tergeser sangat tergantung pada kemampuan soft skills nya, yang membedakan mereka
dari kelompoknya.

sumber : jdcteam.com/pipermail/forum_jdcteam.com/.../attachment.pdf

MOBIL ESEMKA: Gagal uji emisi, ditantang uji SNI

            Perjalanan mobil Mobil Esemska, agaknya kian panjang dan berliku, setelah dinyatakan gagal dalam uji emisi. Seperti diketahui, Senin   27 Februari pekan lalu, mobil kebanggan para siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) itu menjalani dua uji emisi di Balai Thermodinamika Motor dan Propulsi BPPT (Badan Pengkajian & Penerapan Teknologi) di Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
            Apa mau dikata prototipe mobil Esemka Rajawali berpelat nomor merah AD 1 A tunggangan Wilikota Solo Joko Widodo itu tak lolos kedua tes tersebut, yaitu emisi CO (karbon monoksida) dan  HC+NOX (hidrokarbon+natrium oksida.
            Dalam uji emisi CO, mobil Esemka Rajawali gagal menembus ambang batas uji 5 gram/km, karena knalpot mobil Esemka Walikota Solo itu mengeluarkan emisi CO 11,63 gram/km atau lebih dari dari kali lipat ambat batas CO.

            Sementara itu dalam uji emisi HC+NOX, hasilnya malah lebih parah. Esemka Rajawali gagal menembus ambang batas 0,70 gram/km, karena emisinya 2,69 gram/km atau hampir empat kali lipat dari ambang batas.Protitipe mobil Esemka Rajawali milik Walikota Solo tersebut merupakan buah karya siswa-siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Surakarta di bawah pengarahan PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) selaku pengelola merek.

            Para pemangku kepentingan mobil Esemka Rajawali tak patah semangat. Situs Solopos.com melaporkan Senin 5 Maret pekan depan, PT SMK berniat membongkar total mesin mobil Esemka Rajawali untuk melakukan perbaikan agar lolos uji emisi lagi.

Uji SNI menanti

            Kalau toh akhirnya mobil Esemka Rajawali itu kemudian lolos uji emisi, bukan berarti ujian berat bagi mobil buah karya siswa SMK Negeri 2 Surakarta itu berakhir. Apalagi para pemangku kepentingan mobil Esemka Rajawali itu bertekad memproduksi mobil itu dalam skala manufaktur.

            Ini sebuah langkah berani karena mobil Esemka memasuki tahap komersial secara massal. Sebagai produk buah karya anak bangsa, tekad ini layak mendapat dukungan total. Hal itu karena dari sisi proses produksi, Esemka harus melampaui ujian yang tidak kalah beratnya, yaitu memenuhi spesifikasi yang diatur dalam SNI (Standar Nasional Indonesia).

            Lolos SNI hukumnya wajib, karena semua produk mobil yang dijual secara komersial harus memenuhi ketentuan SNI. Apalagi proyek mobil Esemka telah menyiapkan 4 varian mobil, yaitu Rajawali, Digdaya, Zhangaro, dan model hatchback yang saat ini belum memiliki nama.

            Penelusuran Bisnis di database SNI dalam  situs Badan Standardisasi Nasional (BSN) di bsn.go.id, menunjukkan ketentuan SNI untuk mobil penumpang diatur dalam 8 ICS (International Classification of Standards), yaitu (1) Peralatan listrik dan elektronika; (2) Perangkat penerangan, pemberi tanda dan peringatan; (3) Perangkat penunjuk dan pengendali; (4) Sistem rem; (5)Transmisi, suspensi; (6) Badan dan komponen badan; (7) Sistem pelapisan dan penyekaan; dan (8) Kopling.

            Jika ditotal, 8 kelompok ICS untuk produk mobil itu memiliki 133 item SNI. Jadi bisa kita bayangkan, alangkah beratnya jalan yang harus ditempuh oleh Mobil Esemka tersebut. Memenuhi  seluruh ketentuan SNI untuk 133 item komponen bukanlah pekerjaan mudah dan akan memakan waktu lama.

            Apakah kemudian perlu ada semacam dispensasi bagi mobil Esemka? Secara hukum, ini jelas keliru, karena pemerintah menerapkan standar ganda dengan membebaskan Esemka dari SNI sementara pabrikan mobil lainnya wajib menaati SNI.

            Kalau toh aspek hukum tersebut dikesampingkan, yang menjadi pertanyaan kemudian adalah relakah kita sebagai konsumen membeli mobil yang belum layak secara SNI. Ini bukan menyangkut aspek kebanggan atau nasionalisme, tetapi semata-mata persoalan teknis terkait dengan keselamatan pengguna mobil.Nah, jalan tengah yang perlu dilakukan pemerintah adalah memberikan bimbingan teknis kepada pembuat mobil Esemka agar proses produksi atau perakitan mobil kebanggan anak-anak SMK itu didukung dengan komponen mobil yang memenuhi SNI.

            Maklum, beberapa sekolah perakit mobil Esemka mengatakan dengan bangga bahwa 80%-90% komponen mobil hasil produksi mereka sendiri. Kalau benar demikian, ini jelas sangat membanggakan, tetapi sekaligus menjadi tantangan baru bagi para pemangku kepentingan mobil Esemka. Mereka harus membuktikan bahwa komponen tesebut memenuhi ketentuan SNI.

            Sehingga pada akhirnya, konsumen atau pasar pun akan bereaksi positif dengan menerima secara terbuka kehadiran mobil Esemka sebagai alternatif merk. 

            Berkaca dari kegagalan uji emisi Esemka Rajawali, para pemangku kepentingan mobil Esemka—tidak hanya Rajawali tetapi juga Digdaya, Zhangaro, dan hatchback—sedari sekarang harus lebih serius mempersiapkan diri. 

            Bukan hanya sekadar untuk lolos uji emisi, tetapi harus juga mempersiapkan diri untuk memenuhi ketentuan Standar Nasional Industri (SNI).Mungkin secara teknis sebagian besar komponen sudah memenuhi SNI, hanya saja secara administratif lembaga kalibrasi seperti BSN harus menguji teknis agar diterbitkan rekomendasi kelayakan berbagai komponen mobil Esemka tersebut.

            Jadi, para pemangku kepentingan mobil Esemka jangan hanya sekadar latah ingin cepat-cepat meluncurkan mobil. Lebih baik terlambat diluncurkan tetapi mampu memenuhi segala persyaratan uji komersial, dari pada bernasib seperti Esemka Rajawali AD 1 A milik Walikota Solo Joko Widodo.

sumber : http://www.bisnis.com/articles/mobil-esemka-gagal-uji-emisi-ditantang-uji-sni

KESALAHAN PENALARAN



I.        Latar Belakang
            Dari pembahasan sebelumnya kita telah mengetahui apa itu penalaran dan metode penalaran. Sekarang kita akan membahas mengenai kesalahan dalam penalaran, mungkin salah nalar dapat mengurangi kita dalam mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan-kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan dorongan emosi. Berikut Saya akan membahas tentang kesalahan penalaran tersebut.
II.      Pembahasan
Salah nalar terdiri dari 2 macam, yaitu : 
1.   Kesalahan Penalaran Induktif

            Seperti yang telah dibahas pada postingan sebelumnya mengenai penjelasan dari penalaran induktif yaitu, penalaran yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak belakang dari hal-hal khusus ke umum untuk membuat suatu kesimpulan.
Dalam penalaran induktif, terdapat beberapa kesalahan yang berupa gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang keliru, karena seseorang tidak mengikuti tata cara berpikir dengan tepat.

Kesalahan penalaran induktif bisa terjadi, karena:

a.   Generalisasi atau perampatan terlampau luas, misalnya: Orang Indonesia pemalas, termasuk kesalahan penalaran induktif, karena tidak semua orang Indonesia pemalas.

b.      Analogi yang salah, biasanya digunakan untuk mnegembangkan paragraf.

c.     Bersumber pada hubungan sebab akibat yang salah, kesalahan ini sering dijumpai pada wacana iklan.
Selain itu, kesalahan ini juga dapat terjadi dikarenakan penutur tidak cermat dalam mengungkapkan kesejajaran rincian dan kesalahan logika. Serta dapat berupa kesalahan analogi yang dapat terjadi bila dasar analogi induktif yang dipakai tidak merupakan ciri esensial simpulan yang ditarik.

          2.      Kesalahan Penalaran Deduktif

            Penalaran deduktif ialah proses berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum lebih utama dan selanjutnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Pada penalaran deduktif juga terdapat kesalahan yang disebabkan oleh:

a.      Kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi
b.      Kesalahan karena adanya term keempat
c.       Kesalahan karena kesimpulan terlalu luas atau tidak dibatasi, dan
d.      Kesalahan karena adanya 2 premis negatif

III.    Kesimpulan
Jadi, Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan dorongan emosi.

IV.   Daftar Pustaka
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/penalaran-deduktif-dan-induktif-2/
http://dc444.4shared.com/doc/v3_--DTy/preview.html
http://smileforyourebetterlife.blogspot.com/2011/10/kesalahan-penalaran.html


PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF



A.           Latar Belakang
            Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan.
Agar pengetahuan yang dihasilkan melalui penalaran tersebut mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara dan prosedur tertentu. Penarikan kesimpulan dari proses berpikir dianggap valid bila proses berpikir tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan seperti ini disebut sebagai logika.
Logika dapat didiefinisikan secara luas sebagai pengkajian untuk berpikir secara valid. Dalam penalaran ilmiah, sebagai proses untuk mencapai kebenaran ilmiah dikenal dua jenis cara penarikan kesimpulan yaitu logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif berkaitan erat dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata yang sifatnya khusus dan telah diakui kebenarannya secara ilmiah menjadi sebuah kesimpulan yang bersifat umum.Sedangkan logika deduktif adalah penarikan kesimpulan yang diperoleh dari kasus yang sifatnya umum menjadi sebuah kesmpulan yang ruang lingkupnya lebih bersifat individual atau khusus.

B.            Pengertian Induktif dan Deduktif

I.           Penalaran Induktif
            Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta – fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut Induksi. Penalaran induktif tekait dengan empirisme. Secara impirisme, ilmu memisahkan antara semua pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum teruji secara empiris, semua penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat sementara. Penalaran induktif ini berpangkal pada empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah yang berlaku umum.  
Bentuk-bentuk Penalaran Induktif :
A) Generalisasi :
Proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum
Contoh generalisasi :
* Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
* Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.
B) Analogi :
Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh analogi :
Nina adalah lulusan Akademi Amanah.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan Akademi Amanah.
Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
C) Hubungan kausal :
penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Macam hubungan kausal :
1) Sebab- akibat.
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
2) Akibat – Sebab.
Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
3) Akibat – Akibat.
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.
II.                  Penalaran Deduktif

            Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuju kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit. Contoh : Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan   (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status social.
            Penarikkan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Pernyataan yang mendukung silogisme ini disebut sebagai premis yang kemudian dibedakan menjadi
1) premsi mayor dan
2) premis minor.
Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersbut. Penarikan kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penarikan tidak langsung ditarik dari dua premis. Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis.
Dari contoh sebelumnya misalkan kita menyusun silogisme sebagai berikut.
* Semua mahluk hidup perlu makan untuk mempertahanka hidupnya (Premis mayor)
* Joko adalah seorang mahluk hidup (Premis minor)
* Jadi, Joko perlu makan untuk mempertahakan hidupnya (Kesimpulan)
Kesimpulan yang diambil bahwa Joko juga perlu makan untuk mempertahankan hidupnya adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya.
Pertanyaan apakah kesimpulan ini benar harus dikembalikan kepada kebenaran premis-premis yang mendahuluinya. Apabila kedua premis yang mendukungnya benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang ditariknya juga adalah benar. Mungkin saja kesimpulannya itu salah, meskipun kedua kedua premisnya benar, sekiranya cara penarikkan kesimpulannya tidak sah.
Dengan demikian maka ketepatan penarkkan kesimpulan tergantung dari tiga hal yaitu:
1) kebenaran premis mayor,
2) kebenaran premis minor, dan
3) keabsahan penarikan kesimpulan.
Apabila salah satu dari ketiga unsur itu persyaratannya tidak terpenuhi dapat dipastikan kesimpulan yang ditariknya akan salah. Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif.

C.       Kesimpulan

Dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penalaran dalam prosesnya ada 2 macam yaitu penalaran Deduktif dan penalaran Induktif.
Penalaran Deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Penalaran Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum.
D.        Daftar Pustaka
http://irabieber.wordpress.com/2011/10/26/penalaran-deduktif-dan-induktif/



                                      DEFINISI PENALARAN

I.    Latar Belakang
    Setiap saat selama hidup kita, terutama dalam keadaan jaga (tidak tidur), kita selalu berpikir. Berpikir merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita berpikir, dalam benak kita timbul serangkaian gambar tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran, misalnya pada saat-saat kita melamun. Kegiatan berpikir yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berpikir vang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Berkaitan dengan penalaran, berikut ini Saya akan membahas definisi dari penalaran tersebut.

II.    Pembahasan

  1.    Definisi Penalaran

    Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
    Penalaran berjalan menurut alur kerangka berpikir tertentu, yang merupakan kunci pembuka gerbang ke arah kemajuan seperti apa yang dicapai oleh manusia sekarang ini. Penalaran hanya terkait dengan berpikir sadar dan aktif, dan mempunyai karakteristik tertentu untuk menemukan kebenaran. Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaannya. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan cara berpikir bukan dengan perasaan.
    Penalaran sebagai sebuah kemampuan berpikir, memiliki dua ciri pokok, yakni logis dan analitis. Logis artinya bahwa proses berpikir ini dilandasi oleh logika tertentu, sedangkan analitis mengandung arti bahwa proses berpikir ini dilakukan dengan langkah-langkah teratur seperti yang dipersyaratkan oleh logika yang dipergunakannya. Melalui proses penalaran, kita dapat samapai pada kesimpulan yang berupa asumsi, hipotesis atau teori. Penalaran disini adalah proses pemikiran untuk memperoleh kesimpulan yang logis berdasarkan fakta yang relevan. Kemampuan menalar adalah kemampuan untuk menarik kesimpulan yang tepat dari bukti-bukti yang ada dan menurut aturan-aturan tertentu.

  2.    Beberapa definisi penalaran menurut para ahli
•         Keraf (1985: 5) berpendapat bahwa Penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.
•         Bakry (1986: 1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.
•         Suriasumantri (2001: 42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.
III.    Kesimpulan

    Penalaran, Pemikiran, dan Logika merupakan semua aktifitas yang di kerjakan oleh otak untuk menghasilkan suatu gagasan baru, untuk menunjukan kinerja otak kita dari ke 3 hal tersebut.
    Memang ketiganya hampir bias di golongkan menjadi sebuah hal yang sama dalam penggunaan otak, hati, dan jiwa. Penggunaan ketiganya pun sangat erat untuk di gunakan pada kehidupan sehari-hari.
    Biasanya ketiga hal tersebut yaitu Penalaran, Pemikiran, dan Logika, selalu di gunakan di dalam kehidupan entah itu di dalam ruangan mau atau pun di luar ruangan. Di dalam Penalaran proposisi yang di jadikan dasar penyimpulan di sebut dengan Premis (antesendens ). Dan hasil kesimpulannya di sebut juga dengan konklusi ( consequensi).
Hubungan antara premis dan konklusi di sebut Consequens.
    Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan di mana obyek  materialnya adalah berfikir (khususnya penalaran proses penalaran).

IV.    Daftar Pustaka

    http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
    http://firstdiyana.blogspot.com/2011/04/definisi-penalaran.html
    p4tkmatematika.org/downloads/sma/pemecahanmasalah.pdf