Senin, 03 Oktober 2011

Alone At Ahe Jungle

Angin terasa menembus tulang rusukku, begitu dingin dan hening suasana disini. Hanya terdengar suara-suara dari binatang kecil. Aku berjalan setapak demi setapak melewati bukit-bukit kecil, tak tahu arah tetapi yang pasti aku masih mencoba berusaha keluar dari tempat ini. Hutan ini begitu lebat, banyak semak belukar dan tumbuhan berduri, sampai-sampai tubuhku terluka karena terkena duri-duri tajam dari tumbuhan itu. Tak terasa aku sudah berjalan cukup lama tetapi sedari tadi aku hanya berputar-putar kembali ketempat ini. Kakiku terasa sangat pegal, dan aku berfikir untuk beristirahat, kulangkahkan kakiku ke arah sebuah pohon besar yang rindang, setelah tepat berada di depan pohon itu, ku sandarkan tubuhku ke batang pohonnya dan kuluruskan kakiku. Hari sepertinya sudah mulai gelap, sepertinya aku akan tetap disini sampai matahari terbit kembali. Aku mendengar perutku berbunyi, terasa lapar dan haus tetapi aku tak mempunyai stok makanan lagi. Roti terakhir sudah ku habiskan ketika aku masih bergabung dengan teman-temanku, tadinya kami hanya ingin mengelilingi bukit kecil yang berada di sekitar air terjun, karena ku dengar di tempat ini ada air terjun yang indah dan ada goa-goa kecil disekitarnya dan aku memutuskan untuk mendatangi tempat itu bersama keenam temanku. Tetapi tadi karena aku terpisah dari teman-temanku ketika aku sedang mengikat tali sepatuku yang terlepas dan sekarang aku jadi sendirian, padahal tadi hanya beberapa detik dan mereka sudah meninggalkanku. “Hufh, mereka bukan teman yang setia kawan,” protesku dalam hati.
Sepertinya, aku melihat beberapa bayangan yang bergerak cepat dibalik rerumputan yang berjarak lima belas meter dari sisi kanan tempatku berada. “Siapa itu?”, tanyaku. Tetapi tak ada yang membalas, dan aku mencoba mengulangi pertanyaanku “ SIAPA ITU?”, kali ini aku bertanya dengan intonasi yang tinggi. Seketika aku menjadi merinding , otakku mulai berpikir yang tidak-tidak. Lalu aku mendengar ada suara langkah-langkah ,entah itu manusia atau binatang dan apa mungkin hantu?, eeeh tapi tidak mungkin kalau hantu karena mereka tak melangkahkan kakinya ke bumi. Belum sempat aku menoleh tetapi, mulutku sudah dibungkam dan kedua mataku ditutup oleh kain yang gelap, aku meronta-ronta mencoba melepaskan ikatan tanganku tapi tidak bisa. Aku pikir mereka lebih dari satu orang karena aku mendengar suara-suara yang berbeda. Mereka sepertinya berkomunikasi satu dengan yang lainnya tetapi aku tidak mengerti karena kalimat-kalimat yang mereka ucapkan terasa asing bagiku dan suara mereka pun terdengar berat. Dua mahluk itu merangkul pundakku dan seolah memaksaku berjalan mengikuti langkah mereka. Keringat mengalir di sekujur tubuhku, tanganku meggigil dan jantungku berdetak sangat cepat. Setelah berjalan cukup lama, akhirnya kami berhenti di suatu tempat, entah dimana tetapi aku mendengar suara derasnya air dan sepertinya itu adalah air terjun. Setelah, diam beberapa menit akhirnya kami melajutkan langkah kami, kali ini sepertinya aku berjalan menuruni bukit dan sampai akhirnya telapak kakiku menyentuh air, terasa basah dan sangat dingin, kira kira tinggi airnya selututku, sesekali aku hampir tergelincir karena menginjak batu-batu kecil yang berlumut tetapi dua mahluk yang menopang pundakku membantuku untuk berjalan, kemudian kami berhenti lagi di suatu tempat tetapi sepertinya ini adalah tempat tujuan mereka membawaku karena mereka menyandarkanku kesuatu dinding bebatuan, aku pun duduk masih dengan tangan terikat, mata tertutup dan mulut terbungkam. Sepertinya aku berada didalam goa, karena aku mendengar tetesan air yang jatuh dari stalagtit dan dindingnya pun terbuat dari bebatuan yang berlumut. Mereka membukakan ikatan kain di bibirku, dan aku pun berteriak sekencang-kencangnya meminta tolong. “ Apa salahku pada kalian? Sampai-sampai kalian menyekapku, tolong lepaskan aku, ku mohon”, kataku sambil menangis, air mataku tak tertahan lagi. Tetapi mereka tak meresponku, kali ini aku pasrahkan saja hidup dan matiku pada Tuhan yang Maha Esa. Tubuhku terasa lemas,dan sampai akhirnya aku tertidur. Dan aku berharap hari esok lebih indah dari hari ini.
Keesokan harinya kicauan burung membangunkanku dari tidurku dan ternyata tanganku masih terikat dan mataku masih ditutupi oleh kain. Suasanya hening, sepertinya aku belum mendengar suara-suara aneh dari mahluk itu, sampai akhirnya ada beberapa langkah yang datang menghampiri tempat aku sekarang. Tangannya memegang tanganku dan aku spontan menjerit ketika tangannya menyentuh tanganku, berlendir dan licin. “Uuueekk”, tiba-tiba perutku terasa mual dan tangannya melepaskan tali yang ada di pergelangan tanganku. Ketika tanganku terlepas, aku pun mencoba melepaskan kain yang menutupi mataku dan aku pun berhasil melepaskannya. Tapi pandanganku belum jelas masih terlihat buram, mungkin karena semalaman mataku tertutup oleh kain itu. Kemudian aku mencoba mengusap-usap kedua mataku, aku berkedip sekali, dua kali dan ketiga kalinya pandangan ku pun sudah terlihat jelas tetapi aku tersentak ketika aku melihat pemandangan yang begitu mengerikan, aku melihat banyak sekali mahluk yang mengerumuniku, lebih tepatnya mereka dapat dikatakan sebagai monster, bentuk mereka aneh-aneh, ada yang berbulu sangat lebat seperti orang utan, ada juga yang menyerupai gurita dengan banyak tentakel di tangannya dan ada juga yang amat sangat menjijikan dengan lendir kuning yang menempel di seluruh tubuhnya. Tetapi pemandangan goa ini begitu indah, mataku mengamati setiap detail yang ada disini, begitu indah tapi terkecuali monster-monster itu. “Potong-potong!”, Teriak salah satu mahluk yang berbulu dan kemudian mahluk lainya menjawab. “Iya, lalu nyalakan apinya”. Oh Tuhan apa yang ingin mereka lakukan padaku, sepertinya aku akan dijadikan sarapan pagi untuk mereka.
Aku mencoba berdiri dan berlari menghindari mereka, entah mau kemana tapi yang jelas aku harus menjauhi dari mahluk-mahluk yang mengerikan itu atau aku akan menjadi sarapan mereka, aku berlari lurus mencari jalan keluar, sesekali aku menoleh kebelakang dan aku melihat mereka juga berlari mengejarku dengan membawa pisau-pisau kecil dan memegang api obor, aku masih berlari sekuat tenaga dan sepertinya aku melihat ada cahaya yang menyinari ujung jalan, mungkin itu adalah jalan keluarnya, sekarang aku sudah beberapa meter dari cahaya itu.
Aku pun berhasil keluar dan aku melihat air terjun yang sangat indah, gemercik air menambah keidahan sungai itu. Astaga aku hampir lupa kalau aku sedang berlari menghindari kejaran mahluk-mahluk itu, aku tak sempat lari lagi karena tanganku sudah dipegangi oleh mahluk yang berbulu lebat itu. Aku diam seribu bahasa, dan beberapa mahluk lainya mengahampiriku dengan mengangkat pisau yang ada di pergelangan tangan mareka tinggi-tinggi. Langkah mereka semakin dekat dan akhirnya satu dari mahluk berlendir itu memelukku dengan erat. “Aaaargh, lepaskan aku!” teriakku. Dan akhirnya ia melepaskan pelukannya dari tubuhku, kemudian tangannya memegang kepalanya dan memutar kepalanya lalu ia mencoba melepas kepalanya, aku pun spontan memejamkan kedua mataku. Suasana hening dan akhirnya mereka berteriak, “ SURPRISE!!!!”, aku pun membuka kedua mataku perlahan dan taraaaaaa ternyata mahluk-mahluk itu adalah teman-temanku yang menggunakan kostum monster. Mereka melepaskan topeng topeng dari wajah mereka, dan apa kalian tahu siapa manusia lendir yang memeluk tubuhku tadi? Heemm, dia adalah pacarku, Bryan. “Fyuuuh” aku bersyukur mereka bukan monster sungguhan tetapi rasa kesal yang mendendam memenuhi otakku. “Arrgh,, kalian jahat banget sich sama gue” kataku kesal dan mereka memeluk tubuhku dan meminta maaf, kemudian mereka membawakanku troli yang di atasnya ada sebuah Blackforest yang porsinya cukup besar dan di atasnya ada dua lilin yang berangka satu dan tujuh, ya aku baru ingat kalau hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke tujuh belas.
“Happy birthday to you my honey” Bryan mengucapkan selamat kepadaku dan kemudian ia memelukku lagi, “Maaf ya, kami semua udah ngebuat kamu takut, tapi kami hanya ingin membuat surprise yang nggak terlupakan buat kamu”. Lalu teman-temanku menghampiriku, terutama mereka teman-teman yang meninggalkanku sewaktu aku mengikat tali sepatuku, rasa amarahku hilang ketika aku melihat mereka mereka memohon maaf padaku karena sudah membuatku merasa takut semalaman, hatiku pun luluh dan akhirnya aku memaafkan mereka. “Happy birthday Carla… happy birthday Carla… happy birthday.. happy birthday… happy birthday to youuu,” mereka pun menyanyikan ku lagu wajib yang selalu ada di setiap perayaan ulang tahun, dan aku meniup nyala api yang berasal dari kedua lilin itu. “Potong kuenya…potong kuenya sekarang juga …sekarang jugaaa,,,sekarang jugaaaa” kata mereka. Lalu aku pun menurutinya, aku mengambil sebilah pisau dari genggaman Bryan dan aku memotong Blackforest itu lalu menaruhnya ke sebuah piring plastik. Emmm ,aku berpikir untuk siapa ya potongan pertama ini? Dan aku memberikanya pada pacarku, Bryan dan aku menyuapinya lalu disambut sorakan dari teman-temanku . Lalu kami tertawa, sambil menikmati hidangan yang sudah disiapkan oleh monster-monster itu, uppz salah maksudku yang sudah disiapkan oleh teman-temanku. Tetapi ketika kami sedang asyik menyantap hidangan, terdengar suara langkah kaki yang berjalan di belakang kami, serentak kami menoleh dan kami melihat ada mahluk kecil berlendir yang berukuran kurang lebih satu meter mendekati kami. “ Aaaaarghh” Teriak kami bersamaan dan kami pun lari sekencang-kencangnya menjauhi tempat itu. Entah itu mahluk apa, tapi yang jelas itu bukan bagian dari kami. Ini takkan pernahku lupakan, hari yang tak terduga. 

0 komentar:

Posting Komentar