Sedikit sekali sineas Indonesia
yang memiliki kemampuan naratif baik. Era 70 – 80'an kita punyaAsrul Sani. Dan di
era Youtube dan Twitter kita
punya Joko Anwar.
Lihat saja film-filmnya, baik saat ia menjadi sutradara/penulis
atau hanya menjadi penulis saja. Setiap filmnya punya penuturan yang baik,
dialog penuh punch
lines dan
dengan diselipkan kejutan.
Arisan, Quickie
Express, Fiksi,
atau Jakarta
Undercover adalah film-film di mana Joko menjadi
penulis. Sedang Janji Joni (2005), Kala (2007) atauPintu Terlarang (2009)
adalah menjadi pembuktian bahwa di setiap filmnya Joko menetapkan
standar tersendiri yang kemudian berusaha dilampauinya.
Di tiga film terakhir yang disebut di atas, Joko terlihat
memposisikan diri sebagai sineas yang gemar bermain-main dengan sebuah karakter
yang diselipi berbagai sub-plot dan kemudian ia "menebar" berbagai
"ranjau kejutan" yang tidak mudah ditebak.
Joko membuktikan ia adalah seorang sineas yang gemar
"memainkan" pikiran penonton dan juga menerapkan gaya cerita yang
non-linear, khususnya diKala dan Pintu Terlarang.
"Ranjau kejutan" yang ditebarnya terkadang menjadi petunjuk akan
proyeknya yang akan datang atau sekedar menjadi penjelasan atas motivasi
karakter di filmnya ketika melakukan suatu tindakan.
Setelah 3 tahun "absen", di tahun 2012 ini, Joko lantas
merilis film terbaru yang diberi judul Modus Anomali. Sebuah proyek yang
gaungnya bahkan sudah bergema sejak beberapa tahun belakangan.
Dari awal proyek Modus
Anomali pun, para penggemar Joko sudah
"digoda" untuk mengeluarkan ekspektasi liar. Dari teaser poster hingga
ke judul filmnya yang juga merupakan "anomali" di perfilman kita.
Sesuatu yang tak lazim, sesuatu yang menggugah rasa ingin tahu.
Curiosity can kill, rasa ingin tahu akan membunuhmu
bila dibiarkan terlalu liar. Dan lewat Modus Anomali, Jokomembuktikan
kebenaran istilah itu kepada penonton.
Modus Anomali bercerita tentang seorang
karakter pria (diperankan oleh Rio
Dewanto). Dia adalah pria yang "bangkit" dari
kuburnya yang terletak di sebuah hutan. Saat terjaga, sang pria tidak memiliki
petunjuk apapun tentang siapa dirinya. Ia tidak tahu namanya siapa dan tidak
mengetahui jati dirinya. Sama seperti penonton yang tidak punya petunjuk
seperti apa film ini.
Dia mendapati dirinya di tengah hutan yang sepi dan menemukan
sebuah telepon genggam di saku celananya. Saat menghubungi nomor darurat, ia
malah semakin bingung dan memutuskan menjelajah hutan.
Di tengah pencariannya, sang pria tersebut menemukan sebuah pondok
kosong dan sesosok mayat wanita hamil. Ia panik, ketakutan dan bertambah
bingung. Sebuah kartu identitas yang ada di dompetnya memberi ia sedikit
petunjuk bahwa ia memiliki hubungan dengan wanita di pondok itu.
Tapi itu belumlah cukup. Lantas dengan petunjuk jam weker digital
yang menunjukkan angka-angka, serta apa yang telah ia temukan, sang pria terus
mencari tahu siapa ia sebenarnya.
still photo Modus Anomali (courtesy of Lifelike Pictures)
JENIS FILM YANG MEMBUAT PENONTON TERSESAT
Modus Anomali adalah film thriller yang akan
membuat Anda tersesat. Sama seperti karakter yang diperankanRio Dewanto yang
tersesat mencari jati dirinya di dalam hutan. Penonton saat menyaksikan film
ini juga seolah berada di tengah hutan, tanpa petunjuk, tanpa informasi, hanya
berharap menemukan petunjuk yang tepat.
Awal film saja sudah "menyesatkan". Kamera yang
diarahkan oleh sinematografer Gunnar
Nimpuno menyorot keindahan fauna hutan homogen itu. Sebuah
keindahan yang menjadi pengalih bagi sebuah film bak kepinganpuzzle. Penonton harus
menyusun setiap "kepingan puzzle"
itu menjadi suatu gambaran yang utuh.
Penonton dibuat "tersesat" dan delusional. Bagaimana
tidak? Bila Anda adalah tipikal penonton yang terbiasa menyaksikan film dengan
narasi linear dan Anda gemar menarik kesimpulan saat filmnya baru berjalan
beberapa menit, bisa dipastikan Anda akan mudah "tersesat". Anda akan
ragu dengan kesimpulan yang telah diambil, berpikir kembali dan mencoba merangkai
setiap adegan yang telah berlalu.
Terlebih bila Anda tidak akrab dengan karya Joko Anwar sebelum
ini.
Joko Anwar memainkan perasaan dan nalar penonton,
seperti ketika Anda memasuki sebuah labirin yang rumit. Dan Anda harus bersabar
memungut satu demi satu adegan di dalam pikiran Anda dan menyimpannya di dalam
memori sebagai "bekal" untuk adegan berikut.
Latar belakang Joko sebagai
seorang kritikus film memungkinkan ia membuat jawaban atas setiap tindakan atau
adegan, yang bila dilihat sepintas, tidak masuk akal. Anda akan menemukan
jawabannya sendiri kemudian (atau justru membuat Anda ragu dengan jawaban
Anda).
Modus Anomali adalah tipikal film yang
akan "meracuni" pikiran Anda dengan berbagai dugaan liar yang akan
sulit ditemukan persamaan persepsi antara penonton satu dengan penonton
lainnya. Ini adalah jenis film yang akan mengundang diskusi dan perdebatan
panjang sesudahnya.
Modus Anomali juga adalah tipikal film
yang "dibenci" oleh penulis resensi. Tidak mungkin menjabarkan detail
filmnya untuk mengurai kelemahan teknis. Karena bila kita akan mengurai
kelemahan teknis, pasti kita akan menyebut adegan. Dan menyebut adegan dalam
film Modus Anomali berpotensi
memaparkan detil kunci di film ini.
Memang layaknya keterbatasan "daya ingat" sang karakter
utama, Modus Anomali juga
memiliki berbagai keterbatasan. Salah satunya adalah akting Rio Dewanto.
Film ini berpusat pada karakternya. Berbagai kejadian tak terduga
dialami oleh sang karakter dan itu kemudian membawanya kepada paparan emosi
yang luas. Diperlukan aktor dengan kemampuan menyampaikan cakupan bentang emosi
yang luas dalam film klaustrofobia ini dan itu belum mampu ditampilkan Rio Dewanto secara
maksimal.
Ada beberapa adegan di mana akting Rio justru
menjadi petunjuk jelas tentang jati dirinya kepada penonton (apalagi bila
mereka akrab dengan film-film Joko
Anwar). Bahwa penonton tidak percaya akan dirinya. Namun,
sekali lagi Joko
Anwar punya alasan yang kuat mengapa ia memakai Rio Dewanto dalam
film ini. Bila Anda menyaksikan filmnya terdahulu, kemungkinan Anda akan
mengerti.
Kelemahan selanjutnya adalah penggunaan bahasa Inggris yang
terkesan kaku dan tidak nyaman didengar. Film ini sengaja menggunakan dialog
berbahasa Inggris, untuk menjelaskan beberapa detil yang tidak akan akrab
dengan kultur Indonesia. Beberapa pemain memang fasih melafazkannya,
misalnya Hannah Al
Rashid.
Penggunaan bahasa Inggris jugalah yang mungkin menjadi
batasan Rio dalam
menyampaikan emosi. Rio adalah
aktor berbakat yang dimiliki Indonesia. Namun, memang harus diakui cara ia
bermain di film ini belumlah maksimal.
0 komentar:
Posting Komentar